Moderna Uji Vaksin Baru Menarget Omicron untuk Booster, Antibodi Melonjak
Vaksin Covid-19 terbaru yang dibuat Moderna telah menarget khusus virus corona SARS-CoV-2 subvarian Omicron BA.1–subvarian yang pernah memicu ledakan kasus baru Covid-19 di dunia.
Studi uji awalnya memberi hasil peningkatan level antibodi penerimanya hingga delapan kali lipat saat vaksin digunakan melawan infeksi virus tersebut, dibandingkan vaksin Moderna sebelumnya.
Vaksin booster baru dari Moderna ini adalah vaksin Covid-19 pertama yang mengkombinasikan dosis vaksin menarget varian orisinal yang menyebar dari Wuhan, Cina, pada akhir 2019 lalu, dengan dosis yang spesifik menarget varian Omicron.
Dalam uji klinisnya, vaksin terbaru diberikan kepada 437 orang yang sudah pernah menerima dosis penuh Moderna dan sekali booster-nya.
Sebulan setelah disuntikkan dosis vaksin yang terbaru, level antibodi penetralisir peserta uji klinis terhadap infeksi Omicron lebih tinggi sekitar delapan kalinya.
“Data yang kami lihat hari ini benar-benar penting karena kami mendapatkan respons antibodi yang benar-benar kuat terhadap Omicron,” kata chief medical officer Moderna, Paul Burton, kepada The Guardian Rabu lalu.
Untuk pertama kalinya, Burton menyatakan, bisa benar-benar melihat vaksin booster pemakaian sekali setahun yang potensial.
Dia mengatakan, “Kami kami dapat membawa orang-orang ke suatu level tinggi yang mana butuh waktu lama untuk meluruh.” Apakah peningkatan antibodi ini bisa diterjemahkan ke pengurangan risiko rawat inap atau kematian karena Covid-19 masih belum diketahui.
Menurut Stephen Evans dari London School of Hygiene & Tropical Medicine, pengukuran antibodi itu menyediakan indikasi yang cenderung menerjemahkan ke efek klinis.
“Tapi sebuah unsur ketidakpastian dalam ekstrapolasi hasil ke efektivitas klinis harus, tak terhindarkan, tetap tinggal,” katanya.
Apapun jenis vaksinnya, yang penting 3 dosis? Dalam studi terpisah yang dilakukan tim peneliti di Chinese University of Hong Kong (CUHK) mendapati tiga dosis vaksin Covid-19, apapun jenisnya, adalah yang paling efektif melawan Covid-19.
Studi menganalisis 53 hasil studi di sepanjang pandemi, melibatkan total lebih dari 100 juta partisipan dan secara keseluruhan tujuh macam vaksin dalam 24 kombinasi dosis.
Hasil kajian menduga tiga dosis vaksin mRNA, seperti yang diproduksi Pfizer/BioNTech dan Moderna, 96 persen efektif terhadap infeksi Covid-19 yang bergejala ataupun tanpa gejala.
Itu berlaku untuk berbagai varian Covid-19.
Sekali booster vaksin mRNA setelah dua dosis vaksin virus vektor adenovirus seperti yang diproduksi AstraZeneca/Oxford atau Johnson & Johnson, terukur 88 persen efektif.
Meski efikasi lebih tinggi jika tiga kali vaksin mRNA, tapi tiga dosis vaksin dari jenis yang lain dianggap masih sangat efektif.
Sayangnya, studi yang dipublikasi akhir Mei lalu ini hanya mencakup jenis-jenis vaksin mRNA dan virus vektor adenovirus.
Seperti diketahui di Indonesia mayoritas yang digunakan adalah vaksin berbasis virus corona SARS-CoV-2 yang sudah dilemahkan seperti produksi Sinovac.
NEW SCIENTIST, EUREKALERT